Itulah Syeh Puji. Pengasuh Ponpes Miftahul Jannah yang punya nama lengkap Syech DR HM Pujiono Cahyo Widianto itu memang bisa berbuat segalanya. Selain seorang kyai, dia sekaligus pengusaha hebat. Kemarin pengusaha asal Desa Bedono, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang itu melantik istri barunya yang masih berusia 11 tahun sebagai General Manajer perusahaan yang dipimpinnya, PT Sinar Lendoh Terang (Silenter). Istri keduanya yang masih imut-imut itu bernama Lutfiana Ulfa, putri dari pasangan Suroso (35) dan Siti Hurairah (33), warga Randu Gunting, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang.
Dengan demikian, berarti bocah yang tahun ini baru lulus SDN I Randu Gunting, Bergas tersebut akan berkuasa penuh serta memegang kendali laju perusahaan yang bergerak di bidang eksportir kuningan, kaligrafi, serta buku tentang agama dan Al Quran itu. “Jadi semua laju perusahaan yang menjalankan dia. Dan ini merupakan satu-satunya GM termuda di Indonesia. Bahkan mungkin bisa dikatakan di dunia. Dengan omset yang dikelolanya sebesar Rp 100 miliar,” ucap Syech Puji, panggilan akrabnya.
Menurut pemilik ponpes Mifthul Jannah Pujiono CW, dirinya menobatkan istri keduanya tersebut yang nota bene masih awam di dunia bisnis itu, lantaran usia muda lebih gampang untuk dibentuk dan diarahkan. Selain itu, karena istri pertamanya, Umi Hanni, yang kini masih setia mendampinginya jauh hari menyatakan tidak sanggup untuk menjalankan kendali perusahaannya. Sebagai pilihannya, dia ingin hanya mengurus Ponpes dan Yayasan Miftahul Jannah saja.
“Karena itu pilihan saya pada dia (istri keduanya, red). Selain dia memang menyatakan sanggup, juga atas izin dari istri pertama saya. Bahkan yang mencarikan istri kedua itu adalah istri pertama saya, apa nggak hebat dia,” ujar Syech Puji atas istri pertamanya yang hafidhoh (hapal Al Qur’an, red) itu.
Syech Puji mengakui kebesaran dan kesuksesan perusahaannya itu, dilaluinya dengan tirakat ritual yang dilakukanya selama 18 bulan. Tepatnya pada 1991, ketika Syeh Puji mendirikan perusahaannya yang diberi nama PT Silenter.
“Karena saya ingin sukses dalam usaha saya, saya melakukan wirid dengan membaca salawat Nariyah selama 18 bulan mulai jam 12 malam hingga pagi tidak pernah tidur,” tandasnya sambil menambahkan tirakat tersebut didapat atas bimbingan Mbah Mad dari Ponpes Watucongol, Muntilan, Magelang.
Selama tirakat dia memohon lewat doa, wirid dan baca salawat. Juga diimbangi dengan kerja keras dan banyak-banyak sodaqoh. Dia juga mengatakan kalau dalam awal-awal mendirikan perusahaanya itu, selalu menjalankan puasa nglempus yakni tidak makan-minum dan tidur selama beberapa hari. Hal itu tergantung niat awalnya.
“Kalau untuk kesuksesan sesuatu, bisa hingga 3 atau 7 hari, bahkan 11 hari berturut-turut saya lakukan puasa tidak makan-tidak minum dan tidur untuk tujuan tertentu,” tambahnya.
Selain Salawat Nariyah, kata Syeh Puji, ada bacaan atau wirid yang harus diamalkan untuk mencapai kesuksesan seperti yang dialaminya sekarang ini. Meski untuk itu, sepertinya dia merahasiakan mengungkapkannya. “Itu cukup berat. Karena istri pertama saya tidak sanggup, maka saya cari yang muda usianya untuk menjalankan seperti yang saya jalankan dulu hingga saat ini,” ucap perai penghargaan sebagai Bapak Pendidikan Kabupaten Semarang 2006 dari Pemkab setempat itu.
Bersamaan dengan beranjaknya usianya yang 43 tahun itu, serta dengan dalih penerus untuk imperium bisnisnya yang menurutnya miliki dana cadangan ratusan miliar tersebut. Maka tidak heran kalau Syech Puji ingin menyelamatkan kerajaan bisnisnya itu dengan mencari penerusnya sekalian orang kepercayaan untuk memegang perusahaanya. “Karena itu, saya mencari pendamping atau istri lagi untuk saya jadikan GM di perusahaan saya atas seizin istri pertama saya,” tegasnya.
“Sewaktu ibunya hamil, saya mimpi di halaman rumah saya kejatuhan bulan,” cerita ayah Lutfiana. (mus)
sumber : harian meteor & www.detik.com
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah meminta masyarakat agar tidak terpengaruh dan ikut-ikutan dengan tindakan Syekh Puji yang menikahi anak di bawah umur.
"Takutnya masyarakat terpengaruh karena Syekh Puji merupakan tokoh dan pimpinan pondok pesantren yang dihormati masyarakat," kata Sekretaris Umum MUI Jateng, Ahmad Rofiq, di Semarang, Jumat (24/10) malam.
Oleh karena itu, lanjut Ahmad Rofiq, pihaknya meminta agar masyarakat tidak terpengaruh apalagi mengikuti menikahi anak di bawah umur.
Ahmad Rofiq menjelaskan, dasar menikah adalah memiliki kesiapan materi, mental, dan kejiwaan, sehingga tujuan berumah tangga membangun keluarga yang penuh cinta dan kasih sayang dapat diwujudkan. "Lalu kalau anak-anak, bagaimana mereka memaknai cinta dan kasih sayang," katanya.
Hal lain yang dikhawatirkan adalah jika menikahi anak di bawah umur justru akan mengganggu perkembangan mental si anak. "Mungkin baru mengenal menstruasi, tetapi tiba-tiba harus punya anak. Orang bilang anak buang ingus saja belum bisa harus dipaksa berurusan dengan reproduksi," katanya.
Ahmad Rofiq menjelaskan, dalam UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan juga menyebutkan bahwa batas minimal usia perkawinan untuk perempuan adalah 16 tahun dan laki-laki-laki 19 tahun. "Jika kasusnya Syekh Puji menikahi anak berusia 12 tahun, maka mencederai UU Perkawinan," katanya.
Pendekatan
Ahmad Rofiq menambahkan, menyikapi fenomena tersebut pihaknya telah menyarankan kepada Departemen Agama dan MUI Kabupaten Semarang agar melakukan pendekatan kepada Syekh Puji secara langsung.
"Kami menyarankan agar ulama setempat bisa memberi masukan kepada Syekh Puji. Pendekatan itu, kami harapkan bisa berjalan sesuai harapan," katanya.
Pujiono Cahyo Widianto alias Syekh Puji, pengusaha kaligrafi dari kuningan telah menikahi Lutfiana Ulfa yang baru berumur 12 tahun sebagai istri keduanya pada Agustus 2008.
Sumber : www.kompas.com
No comments:
Post a Comment