anti israel flag
MAUKAH ANDA DIBAYAR HANYA DENGAN MENGKLIK IKLAN DAN NGELIATIN IKLANNYA SELAMA BEBERAPA DETIK? TANPA SYARAT, TANPA ANCAMAN, TANPA TIPUAN... BERGABUNGLAH DI KLIKRUPIAH, KLIKAJADEH, NGEBUX atau ARA-BUX !!! KALAU MAU MAKSIMAL, GABUNG SAJA DENGAN KEEMPAT-EMPATNYA!

Thursday, January 1, 2009

Fenomena Film Horor Indonesia, Sejarahnya dan Film Terlaris!!!


Mitos tempat seram yang berkembang di masyarakat, ternyata juga dilirik sebagai peluang bisnis, terutama oleh produser dan sineas muda untuk memfilmkannya. Sejak tahun 2006 sampai sekarang tercatat lebih dari 60 judul film bergenre horor yang diputar di bioskop!

Tumbuh kembangnya industri film yang membuat bulu kuduk merinding mendapatkan gaungnya kembali semenjak film Jelangkung garapan sutradara Rizal Mantovani dan Jose Purnomo sukses di pasar. Tercatat, film itu konon ditonton oleh 1,2 juta orang. Dari sinilah, minat para pebisnis film untuk memproduksi film horor meningkat.

Sebut saja Tusuk Jelangkung garapan Dimas Jayadiningrat, Kafir karya Sudjiwo Tedjo, Rumah Pondok Indah, Lentera Merah, Kuntilanak, Lawang Sewu, Pocong, Pulau Hantu, Suster Ngesot, Lewat Tengah Malam, Lantai 13, serta masih banyak lagi.

Rumah Pondok Indah yang diputar pada awal tahun 2007 misalnya, mencatat jumlah 700 ribu penonton, Lentera Merah yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo ditonton 300 ribu orang, Hantu Jeruk Purut karya Koya Pagayo alias Nayato Fio Nuala meraih 790 ribu penonton, Pocong 2 garapan Rudi Soedjarwo meraup 813 ribu penonton pada pemutaran hari ke-26. Sejauh ini, film horor yang berhasil meraup penonton tertinggi adalah filmnya Rizal Mantovani, Kuntilanak, yang menembus angka 1,5 juta penonton. Jika harga tiket bioskop dihitung rata-rata Rp 20 ribu, maka Kuntilanak telah memperoleh pendapatan kotor Rp 30 miliar!

Padahal, katanya, biaya pembuatan film-film horor tidak semahal film drama apalagi action. Pasalnya, lokasi pengambilan gambar sedikit, pemainnya juga biasanya muka-muka baru sehingga bisa dibayar lebih murah. Satu film diperkirakan cukup dengan duit Rp 1,7 miliar. Sementara keuntungan yang bisa diraih sangat besar. Kalau sudah bisa menyedot 300 ribu penonton saja, sudah dipastikan balik modal!

Dilihat dari sejarah perfilman di Indonesia, sedari dulu yang namanya film horor memang menyedot banyak penonton. Menurut catatan dunia perfilman, film seram yang pertama kali dibuat adalah Doea Siloeman Oelar Poeti yang disutradarai The Teng Cun pada tahun 1932.

Pada tahun-tahun itu dunia perfilman nasional banyak diisi hantu-hantu legenda Cina. Barulah di tahun 1970-an banyak dibikin film horor dengan hantu lokal, dengan salah satu ikonnya adalah Suzanna. Sebut saja film Beranak Dalam Kubur yang legendaris itu.

Terus muncul juga film laris Si Manis Jembatan Ancol (1973) yang dibintangi oleh Lenny Marlina dan Farouk Afero, Setan Kuburan (1975) karya sutradara Daeng Harris. Periode berikutnya, film-film horor menjadi trend ditambah dengan adegan seks.

Misalnya Yurike Prastica lewat Pembalasan Ratu Laut Selatan (1989) yang kontroversial itu. Film ini meraih 500 ribu penonton, sebuah jumlah yang amat tinggi waktu itu. Film yang laris pada dasawarsa ini antara lain Nyi Blorong (1982) yang membukukan 354 ribu penonton, Nyi Ageng Ratu Pemikat (1985) dengan 236 ribu penonton, Petualangan Cinta Nyi Blorong (1987) dengan 290 ribu penonton, Malam Satu Suro (1988) dengan 290 ribu penonton, dan Santet (1989) dengan 352 ribu penonton. Jumlah penonton 100 ribu ke atas sudah tergolong laris pada saat itu.

Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Moestopo, M. Saefullah, mengatakan bahwa berkembangnya film bergenre horor yang menjadikan tempat seram sebagai obyek utama disebabkan masih belum bergeraknya pola pikir tradisional ke modern. "Masyarakat kita memang dari segi konsumsi terlihat sangat modern, tapi dari segi pemikiran masih kuno, cenderung mempercayai hal-hal yang irasional," ujar Saefullah.

Selain itu, imbuh dia, media massa juga turut berperan dalam menyuburkan pola pikir tradisional ini. "Biasanya kalau mau pemutaran perdana, para produser menghembuskan isu dahulu ke masyarakat. Rumah Pondok Indah misalnya, awalnya gencar diberitakan di media kalau rumah itu benar-benar seram, lengkap dengan adanya korban dan segala macam. Setelah isu berhembus, film dilaunching, tentunya minat masyarakat untuk menonton makin tinggi," pungkasnya.



Sumber : Harian "Rakyat Merdeka" edisi 28 Desember 2008


No comments: