Keindahan kaum hawa bukan terletak pada wajah dan seputar dada saja. Menurut mitos Cina Kuno keindahan perempuan itu justru terletak pada kemungilan kakinya. Karena itu, orang tua Cina dulu memperlakukan anak perempuannya yang masih balita dengan membebat kakinya agar tumbuh mungil dan jenjang. Namun, menyebakan anak perempuan setempat kesakitan dan menderita. Hingga pemerintah setempat melarang tradisi pembebatan itu. Zaman dulu perempuan Cina dianggap cantik dan dipuji keseksiannya jika kakinya terlihat mungil dan lencir. Layak tidaknya seorang gadis bisa dipersunting oleh kalangan bangsawan juga tergantung dari mungil tidaknya kaki gadis itu. Karena itu, orang tua atau nenek sang gadis rela mengorbankan anaknya menderita karena dibebat kakinya. Mitos itu sendiri dipercayai, dengan anggapan jalannya perempuan dewasa dengan kaki mungil, akan terlihat seperti melayang, hingga menimbulkan efek erotis kepada kaum lelaki. Membebat kaki agar tetap mungil mulai diperkenalkan pada sekitar abad ke sepuluh dan ke sebelas (era Dinasti Song). Mula-mula memungilkan kaki perempuan tersebut hanya berlaku untuk kaum bangsawan, namun lama kelamaan menyebar ke masyarakat kelas menengah, bahkan kaum petani. Menurut cerita rakyat, budaya membebat kaki berkaitan dengan cerita tentang seekor srigala yang mencoba menyembunyikan cakarnya ketika menjelma menjadi Ratu Shang. Versi lain mengatakan bahwa Ratu Shang memang dari sananya mempunyai kaki yang bundel kecil dan memerintahkan semua perempuan untuk mempunyai kaki seperti dirinya. Dengan demikian ia menjadikan kakinya sebagai model kecantikan. Budaya kaki mungil terus hidup sampai abad ke 19. Pergantian abad menelurkan alasan yang berbeda tentang kenapa perempuan kakinya harus kecil. Pada abad-abad selanjutnya perempuan dikatakan cantik tidak dari wajahnya, tapi dari ukuran kakinya. Pada waktu itu perjodohan sangat tergantung dari perantara (Mak Comblang, red). Yang mereka tanyakan kepada orangtua perempuan yang mau mereka carikan jodohnya bukanlah ‘Apakah ia cantik ?’ akan tetapi ‘Berapa senti panjang kakinya’. Wajah seadanya masih dianggap karunia dari surga, tetapi kaki yang tidak dibebat dengan baik mencerminkan kemalasan dan sulit untuk mendapatkan jodoh. Panjang kaki yang dianggap paling bagus, disebut dengan Teratai Emas, adalah 7,5 sentimeter, disebut Teratai Perak jika panjangnya 10 senti dan disebut Teratai Besi jika panjangnya lebih dari 10 senti. Selain itu, proses pembebatan kaki membentuk lipatan-lipatan di dalam vagina yang pada akhirnya membuat perempuan si empunya kaki, semakin kecil kakinya semakin besar gairah seksualnya. Konon lipatan-lipatan yang terbentuk di dalam vagina tersebut membuat hubungan seksual menjadi sangat luar biasa nikmat. Akan tetapi semua itu harus ditebus dengan penderitaan yang tiada taranya dari pihak perempuan. Mereka harus menahan sakit yang sangat pedih selamat sekitar tiga tahun. Kadang mereka terpaksa merangkak karena tidak kuat menahan sakit di kakinya. Oleh karena itu Cina secara resmi melarang pembebatan kaki pada tahun 1911, tapi di daerah terpencil kebiasaan itu masih dilakukan sampai tahun 1930-an. Pabrik terakhir yang memproduksi sepatu untuk kaki mungil menghentikan produksi pada tahun 1998 yang lalu.
Sumber : www.misterionline.com
No comments:
Post a Comment