Jepang tidak pernah kehabisan cara dalam menjual potensi wisata yang ada di wilayah mereka. Salah satu buktinya adalah tebing Tojinbo.
Pada tahun 900 di daerah prefektur Fukui, Mikuni, Jepang, terdapat seorang pemuka agama bernama Tojinbo. Tidak seperti biasanya pemuka-pemuka agama yang ada di Jepang, Tojinbo justru adalah seorang pemuka agama yang sangat arogan!
Setiap hari ia lebih senang membuat kekacauan ketimbang kedamaian bagi warga Fukui. Tidak heran bila waktu itu banyak orang yang sangat membenci Tojinbo. Meski demikian, sulit bagi warga sekitar untuk melawan. Soalnya, Tojinbo memiliki jabatan yang sangat penting di wilayah tersebut.
Suatu saat, Tojinbo bertemu dengan seorang putri bernama Aya. Ketika bertemu, Tojinbo langsung jatuh cinta. Untuk menarik perhatian gadis tersebut, ia menyelenggarakan sebuah pesta yang dilaksanakan di atas tebing. Pesta yang dibuat Tojinbo ini memang indah. Soalnya, di tebing tersebut warga sekitar bisa melihat langsung pemandangan Laut Timur Jepang.
Saking semangatnya berpesta, Tojinbo justru mabuk berat. Dia tidak menyangka, jika salah satu temannya yang bernama Kakunen justru mempunyai dendam dan berusaha melenyapkan nyawanya dari muka bumi!
Kakunen memang sudah muak dengan perilaku Tojinbo yang telah mencoreng nama agama. Ia juga semakin dendam karena Tojinbo berusaha mendekati putri Aya yang juga diam-diam dicintai oleh dirinya.
Begitu Tojinbo mabuk berat, Kakunen langsung mengajaknya pergi ke atas tebing. Tojinbo yang sudah kehilangan akal sehat mau saja menerima ajakan temannya itu. Setelah sampai disana, Kakunen mendorong Tojinbo hingga akhirnya jatuh dan tewas.
Meski berhasil melenyapkan Tojinbo, Kakunen tidak berhasil menghindar dari arwah Tojinbo yang marah besar karena dibunuh temannya sendiri. Arwah Tojinbo yang marah mengundang hujan angin selama 49 hari 49 malam sehingga setiap tanggal 5 April penguasa daerah ini perlu menyelenggarakan upacara pemujaan kepada sang arwah pendeta demi meredakan badai.
Tidak hanya itu, arwah Tojinbo malah menteror warga Mikuni yang melintas di tebing tersebut. Ia bersumpah semua orang yang datang untuk melihat-lihat tebing tempat ia mengadakan pesta akan mengalami hal yang sama seperti dirinya, yakni mati karena terjatuh dari tebing!
Ribuan tahun telah berlalu, dan ancaman yang diberikan Tojinbo memang masih jadi kenyataan. Tebing yang sekarang dinamai Tojinbo itu malah jadi momok yang menakutkan bagi warga Jepang. Soalnya, hingga saat ini Tojinbo merupakan salah satu lokasi terfavorit di Jepang untuk melakukan aksi bunuh diri!
Untuk catatan di Jepang, dalam sepuluh tahun belakangan ini ada 30.000 orang yang tewas bunuh diri. Dari angka tersebut, sebanyak 257 orang melakukannya di Tojinbo!
Uniknya, warga dan pemerintah kota Fukui justru menganggap fakta dan legenda tersebut adalah potensi wisata yang menarik. Anda akan terkaget-kaget jika datang kesana dan menemukan paket tur Fukui yang dinamakan "The Mystery Tour"!
Bahkan, toko-toko suvenir yang ada di wilayah Mikuni justru menjual berbagai suvenir yang benar-benar bikin dahi mengkerut. Kaus-kaus yang dijual bertuliskan "Saya Tinggal di Neraka" atau "Saya Lelah Hidup"!
Meski terkesan menyeramkan, jumlah pengunjung tebing Tojinbo malah tidak pernah sepi. Selain fakta bahwa tebing ini merupakan lokasi favorit untuk bunuh diri, Tojinbo juga adalah lokasi wisata yang sangat alami dan indah.
Tojinbo justru merupakan salah satu dari tiga fenomena dinding andesit sedunia, selain di Korea dan Norwegia. Dengan jajaran kolom karang persegi berketinggian lebih dari 30 meter dan melintasi pantai sepanjang hampir 2 kilometer. Tojinbo memang menyuguhkan pemandangan yang sangat menakjubkan. Pada musim dingin, buih-buih air laut pecah di karang tertiup angin menampilkan nami no hana (bunga ombak).
Sebenarnya, tidak semua warga Mikuni menyetujui Tojinbo dijadikan sebagai lokasi wisata. Salah satunya adalah Yukio Shige. Purnawirawan polisi ini justru mengkritik pemerintah kota Mikuni yang dianggapnya sengaja memanfaatkan Tojinbo untuk keuntungan komersial semata.
Shige punya alasan kenapa menolak Tojinbo menjadi lokasi wisata. Menurut dia, tebing ini memang sangat berbahaya. Bukan hanya karena standar keamanan yang mengkhawatirkan, tapi juga karena sudah banyak masyarakat Jepang yang menganggap lokasi ini memang tempat yang tepat untuk bunuh diri!
Sadar pemerintah setempat sama sekali tidak membantu, Shige akhirnya memutuskan untuk melakukan perubahan sendiri. Ia dan rekan-rekannya membentuk sebuah kelompok bernama Kokoroni Hibiku Bunshu.
Kelompok ini setiap harinya berpatroli mengelilingi kawasan tebing Tojinbo. Jika mereka melihat ada seseorang berdiri sendirian di tebing tersebut, mereka langsung mendekatinya dan mengajak orang tersebut.
"Kami bisa membedakan antara turis dan orang yang mau bunuh diri dari cara berdirinya. Biasanya mereka terlihat letih, gontai, dan terkadang mereka seperti menangis," kata Shige.
Selama bergabung dengan Kokoroni Hibiku Bunshu, pria berusia 64 tahun ini mengaku telah berhasil mencegah 167 orang yang hendak bunuh diri! Meski demikian, Shige tetap belum berani membanggakan diri. Ia malah merasa khawatir bahwa di era krisis global seperti ini justru makin banyak orang yang hendak datang ke Tojinbo untuk bunuh diri. "Bulan November tahun 2008 saja, saya menemukan enam orang yang berniat untuk bunuh diri. Mereka datang kesini karena kecewa di-PHK," tutur Shige.
Shige merasa prihatin, bahwa hingga saat ini pemerintah kota Fukui sama sekali tidak merespons masalah bunuh diri di tebing tersebut. "Bahkan untuk membuat pagar pembatas saja, mereka sama sekali tidak melakukannya," lanjutnya.
Shige datang ke Tojinbo bukan tanpa alasan. Sebelum pensiun, Shige sehari-hari bekerja sebagai detektif. Pada usianya yang ke-42, tepatnya pada tahun 2003, ia ditempatkan di Tojinbo.
Ketika datang ke Tojinbo, Shige langsung kaget karena tempat ini disebut-sebut sebagai lokasi favorit untuk bunuh diri. Ia makin prihatin karena kondisi perekonomian warga Fukui justru bergantung pada wisata misteri di Tojinbo!
"Kalau naik feri di celah Oike, wisatawan akan dikasih tahu bahwa disini adalah tempat banyak orang yang bunuh diri. Saya sebenarnya sudah berusaha untuk menghentikan program pariwisata ini, tapi malahan banyak orang yang menentang saya," kata Shige.
Shige sendiri mengaku siap melakukan apapun asal pemerintah kota Fukui mau mengubah kebijakannya. Sekalipun ia kehabisan uang demi kelompok ini, Shige tetap tidak mau menyerah.
Ketika pertama kali membentuk Kokoroni Hibiku Bunshu, Shige mengaku mengeluarkan uang USD 13.000. Sampai sekarang ia terus mengeluarkan uang dalam jumlah yang besar demi kegiatan mulia ini. "Saya sudah berjanji pada diri saya sendiri, bahwa saya tidak akan pernah berhenti sebelum pemerintah mulai melindungi warganya," kata Shige.
Berikut ini serba-serbi Tojinbo :
- Rangkaian tebing Tojinbo terdiri atas empat bagian yang dinamakan Sandan, Rosuku, Oike, dan Byobu. Ketiga bagian tebing Sandan, Rosuku dan Byobu bisa didatangi lewat kaki, sedangkan tebing Oike lebih asyik dikunjungi dengan menggunakan feri,
- Selain keempat tebing tersebut, di Tojinbo ada sebuah jembatan berwarna merah. Jembatan ini menghubungi sebuah pulau kecil bernama Oshima. Di Oshima, ada sebuah kuil Shinto kecil yang banyak didatangi orang,
- Kabarnya di Oshima, seringkali jenazah orang yang bunuh diri terdampar. Bahkan, konon arwah mereka banyak yang menetap di Oshima. Makanya, tidak jarang jika di Oshima sering diadakan beberapa ritual arwah agar roh orang yang bunuh diri tersebut tidak mengganggu orang-orang yang ada di kawasan Fukui. Ritual ini justru sangat menarik karena diisi banyak kegiatan yang unik. Jadi jika anda tidak takut dan merasa tertantang untuk mengetahui kengerian sekaligus keindahan tebing Tojinbo, lokasi wisata ini sama sekali tidak boleh dilewatkan!
Sumber : Harian "Seputar Indonesia" edisi 10 Januari 2009
No comments:
Post a Comment