Menjelang akhir tahun, lembaga negara tiba-tiba rajin beriklan di koran dan televisi!
Pakar ilmu administrasi negara UI Eko Prasojo bahkan memberi istilah December fever terhadap gejala sosial tersebut. Alasannya, 'penyakit' yang menyerang hampir merata di semua lembaga negara biasanya mencapai puncaknya pada bulan Desember!
"Mereka berlomba-lomba menghabiskan (anggaran) sebelum tutup buku. Jadi, wajar jika kegiatan baik departemen maupun non-departemen sangat banyak pada akhir tahun, termasuk iklan-iklan," jelas Eko kepada Media Indonesia di Jakarta, Senin 8 Desember 2008.
Anggaran-anggaran tersebut sebenarnya sudah direncanakan sejak awal. Namun, sambung Eko, siklus anggaran di Indonesia mengakibatkan gejala December fever selalu berulang.
Hal tersebut, kata Eko, merupakan cerminan dari pekerjaan yang tidak efisien dan efektif. "Bisa digolongkan sebagai korupsi yang ringan," tuturnya.
Hal tersebut juga disadari anggota Komisi II DPR Jamaludin Karim.
"Variasi sosialisasi, termasuk studi, fasilitasi menggunakan anggaran yang cukup besar tetapi tidak menyentuh akar permasalahan yang dihadapi masyarakat. Seharusnya pemerintah membuat program yang menimbulkan partisipasi masyarakat aktif," katanya.
Namun, ketua Komisi Ombudsman Antonius Sujata menyebutkan kemunculan iklan layanan masyarakat mengenai komisi Ombudsman tidak ada hubungannya dengan penghabisan dana tutup buku. "Rencananya sudah lama. Akhir tahun lalu pun ada. Memang prosesnya saja yang lama," ujarnya.
Demikian juga pendapat Menteri Pertanian Anton Apriyantono. Menurutnya, iklan layanan masyarakat terkait dengan peningkatan produksi pertanian itu merupakan program yang sudah dirancang sejak lama.
"Ini bukan untuk menghabiskan anggaran akhir tahun. Baru ditayangkan di akhir tahun karena hasil BPS baru keluar pada November," tambahnya.
Sumber : Harian "Media Indonesia" edisi 9 Desember 2008
Pakar ilmu administrasi negara UI Eko Prasojo bahkan memberi istilah December fever terhadap gejala sosial tersebut. Alasannya, 'penyakit' yang menyerang hampir merata di semua lembaga negara biasanya mencapai puncaknya pada bulan Desember!
"Mereka berlomba-lomba menghabiskan (anggaran) sebelum tutup buku. Jadi, wajar jika kegiatan baik departemen maupun non-departemen sangat banyak pada akhir tahun, termasuk iklan-iklan," jelas Eko kepada Media Indonesia di Jakarta, Senin 8 Desember 2008.
Anggaran-anggaran tersebut sebenarnya sudah direncanakan sejak awal. Namun, sambung Eko, siklus anggaran di Indonesia mengakibatkan gejala December fever selalu berulang.
Hal tersebut, kata Eko, merupakan cerminan dari pekerjaan yang tidak efisien dan efektif. "Bisa digolongkan sebagai korupsi yang ringan," tuturnya.
Hal tersebut juga disadari anggota Komisi II DPR Jamaludin Karim.
"Variasi sosialisasi, termasuk studi, fasilitasi menggunakan anggaran yang cukup besar tetapi tidak menyentuh akar permasalahan yang dihadapi masyarakat. Seharusnya pemerintah membuat program yang menimbulkan partisipasi masyarakat aktif," katanya.
Namun, ketua Komisi Ombudsman Antonius Sujata menyebutkan kemunculan iklan layanan masyarakat mengenai komisi Ombudsman tidak ada hubungannya dengan penghabisan dana tutup buku. "Rencananya sudah lama. Akhir tahun lalu pun ada. Memang prosesnya saja yang lama," ujarnya.
Demikian juga pendapat Menteri Pertanian Anton Apriyantono. Menurutnya, iklan layanan masyarakat terkait dengan peningkatan produksi pertanian itu merupakan program yang sudah dirancang sejak lama.
"Ini bukan untuk menghabiskan anggaran akhir tahun. Baru ditayangkan di akhir tahun karena hasil BPS baru keluar pada November," tambahnya.
Sumber : Harian "Media Indonesia" edisi 9 Desember 2008
No comments:
Post a Comment