Di belahan barat Jakarta, di kawasan kota lama, terdapat banyak gedung tua. Sala satunya, kini disebut Museum Wayang. Gedung yang didominasi warna coklat itu dibangun pada tahun 1640. Awalnya, bernama gereja Oude Hollandsche Kerk. Pada tahun 1732, berubah lagi menjadi Nieuwe Hollandsche Kerk. Pernah digunakan sebagai markas sebuah lembaga ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pernah pula diberi nama Museum Batavia Lama. Di gedung yang yang pada tahun 1957 diserahkan kepada Lembaga Kebudayaan Indonesia dan menyimpan aneka koleksi wayang luar dan dalam ini terdapat kuburan pembesar Belanda yang meninggal pada masa kolonial. Antara lain, Jan Pieter Zoon Coen.
Karena warisan zaman kolonial, aneka cerita hantunya pun berkaitan dengan "kenangan" masa Belanda. Ada figur raksasa yang tingginya hampir menyentuh langit-langit ruangan. Ada suara serdadu Londo berbaris, lengkap dengan aba-aba komando berbahasa Belanda. Aneka teriakan tak jelas. Ringkikan kuda. Dan lain-lain.
Rahman (50) yang bekerja di gedung itu sejak tahun 1981 bercerita bahwa seorang perempuan yang keranjingan judi buntut pernah datang untuk bersemedi. Dia terpaksa menemani perempuan itu. "Waktu maam, dia melihat ada banyak orang kumpul dan ada suara-suara aneh, kayak suara tentara yang sedang berbaris, dan juga suara orang naik kuda. Belum lagi suara ringkikan kuda. Dia ketakutan sekali, karena seolah-olah kudanya mau menabrak dia!" cerita Rahman. Bahkan pernah banyak orang lari tunggang-langgang karena kemenyan yang dibakar oleh orang yang mencari wangsit nomor buntut mendadak meledak!
Rahman juga pernah ditemui noni-noni Belanda yang berparas cantik dan berkulit putih. "Dia seolah-olah berjalan ke arah saya," ujarnya. Ia juga sering mendengar peti-peti wayang bergeser sendiri. "Itu biasa terjadi kalau jam 7-8 pagi, atau jam 3-4 sore," timpalnya.
Teman sejawatnya, Rohim (42) juga menyimpan banyak cerita. Ia bekerja sebagai penjaga malam sejak tahun 1982. Sekitar tahun 1984, jam 7 pagi, karena masih gelap maka ia berniat menyalakan lampu. "Saya naik tangga menuju ruang pagelaran. Pintu pertama saya buka. Di dekatnya ada panel. Waktu saya mau menyalakan panel listrik, tiba-tiba pintu itu bergetar dari dalam, kuat sekali. Bunyinya duag, gitu! Saya kaget, terus mundur. Biar nggak takut, saya mikirnya itu bukan makhluk halus, hanya angin besar saja. Walaupun nggak mungkin juga sih kalau angin bisa sekuat itu. Lagian angin dari mana?" ujarnya sambil mengernyitkan dahi.
Pada hari yang sama, sewaktu akan pulang jaga, keanehan terjadi. Sewaktu turun dari lantai 2 menuju ruag depan, tiba-tiba terdengar suara layaknya benda jatuh, keras sekali. "Suaranya kenceng banget, kayak lemari jatuh gitu. Saya takut, lari keluar. Karena penasaran, saya lihat ke atas. Eh, ternyata nggak ada apa-apa juga. Padahal, suaranya itu jelas sekali berasal dari lantai atas ruangan saya," papar Rohim.
Peristiwa serupa juga dialami Yusman (65). Sewaktu direnovasi, cerita dia, seorang tukang bangunan mendengar suara orang. Dia pikir itu temannya. "Yang dia lihat ternyata sesosok wanita. Waktu ditengok, wajahnya rata! Langsung dia pingsan," ujar Yusman.
Wayang-wayang yang disimpan di museum itu juga menyimpan aneka cerita. Tutur Rohim, "Si gale-gale, wayang hitam dari Sumatera sering menggoda. Dia kan bentuknya 3 dimensi, tangan dan matanya bisa bergerak. Anak kecil yang saya antar bilang, dia gerak sendiri!"
Pernah dia tidur. Yang aneh, teman-temannya pada bilang, wajahnya berubah jadi muka wayang si gale-gale tadi! "Spontan dia teriak-teriak. Hebohnya, semua gamelan waktu itu bunyi semua, kreeeeng... gitu!" Wayang kanton dari Cina, titipan seorang kolektor yang tersimpan dalam lemari besar, juga diduga ada 'penunggunya'. "Sewaktu kami memindahkan lemarinya saja, didorong beberapa orang, nggak mau bergerak sama sekali!" kata Rohim.
Pernah, di area taman bagian dalam dilakukan sesi pemotretan. Seorang model mendadak jatuh pingsan. Katanya, si model diperingatkan "seseorang" agar berhenti bekerja setelah jam 12 siang atau jam 6 petang. Di kamar mandi wanita, penjaga lama pernah terkunci dengan sendirinya dan terpaksa menjebol lubang angin agar bisa keluar. Di ruang belakang, juga pernah ada pengunjung yang melihat sosok raksasa. "Kira-kira tingginya 3-4 meter, hampir setinggi langit-langit ruang ini. Tapi wajah dan bentuknya nggak jelas," kata Rohim.
Jali (49) yang bekerja sejak tahun 1982, merasakan keganjilan lain. Selepas maghrib, dia sering merasa ada hawa dingin. Amis baunya. Bau amis dan asin ini pernah tercium oleh Rohim. "Padahal gedung ini kan jauh dari laut," tambahnya sembari menerawang.
1 comment:
sedikit merinding bacanya,,
Post a Comment