Banyak caleg yang kalah, digugat cerai oleh istrinya. Harta ludes, utang banyak, dan malu karena gagal, disinyalir menjadi pemicu perceraian. Angka perceraian pun meningkat. Pengadilan Agama (PA) kewalahan. Bahkan, seorang caleg Partai Demokrat yang stres, telanjang bulat di tengah jalan!
Hakim Pengadilan Agama Kota Bekasi, Yayan Atmaja, mengatakan bahwa ada kemungkinan sejumlah caleg yang gagal digugat cerai oleh istrinya karena kecewa terhadap hasil perolehan suaminya. Belum lagi harta ludes untuk kampanye.
"Secara spesifik penyebab gugatan cerai belum diketahui. Namun, dalam materi perkara biasanya baru terungkap pemicu yang sebenarnya," ujar Yayan.
Ia mengaku heran dengan meningkatnya permintaan cerai. Bila ke depan permohonan cerai masih meningkat, maka kemungkinan ada kaitannya dengan kegagalan sejumlah caleg yang berdomisili di Kota Bekasi. Rata-rata 18 kasus dalam 3 hari terakhir. Padahal sebelum-sebelumnya dibawah 10 kasus per hari!
Meski demikian, Yayan mengatakan bahwa pihaknya tetap akan memberikan saran dan upaya agar si penggugat lebih memilih berdamai. Majelis hakim akan melibatkan mediator, baik dari hakim maupun pihak lain yang telah mengikuti ujian Mahkamah Agung.
"Sesuai dengan Pasal 82 UU no.7, hakim Pengadilan Agama berkewajiban untuk mendamaikan penggugat dengan tergugat agar bisa kembali hidup rukun. Ketentuan itu diperkuat dengan peraturan MA no.1 tahun 2008 dengan menunjuk mediasi dalam memberikan upaya maksimal dalam mencegah terjadinya perceraian," ujarnya.
Yayan menyarankan agar suami maupun istri yang mencalonkan diri menjadi caleg agar diterima kembali dengan baik, apapun hasilnya. Patut dicatat bahwa hanya sebagian kecil saja dari caleg yang kemudian melenggang duduk menjadi anggota dewan.
"Pasangan suami istri jangan mudah kecewa dan melampiaskan bentuk kekecewaan itu dengan mengorbankan perkawinan. Cerai memang dibenarkan, namun patut diingat bahwa perbuatan itu dibenci oleh Allah SWT," tegasnya.
Banyaknya kasus perceraian pasca Pileg 2009, diakui oleh anggota BP4 (Badan Penasihatan, Perkawinan dan Penyelesaian Perceraian), Alya Hamka.
"Pemilu menjadi salah satu dari beberapa indikator. Karena masyarakat di negara kita dalam proses menuju kesempurnaan," kata Alya.
Ia menuturkan, perbedaan parpol kerap menjadi pemicu utama perceraian, selain masalah ekonomi dan perubahan perilaku.
"Dengan keadaan ekonomi yang mengkhawatirkan, tentu akan merusak keharmonisan keluarga. Terutama mereka (caleg) yang gagal," ujarnya.
Dari catatan BP4, dalam kurun 2-3 bulan terakhir sedikitnya 7 pasangan berpisah tiap minggunya. Sementara secara nasional angka perceraian meningkat hingga 30 persen! "Ini belum termasuk kasus yang masih diproses Penasihatan BP4," tandasnya.
Anggota LBH APIK Umi Farida mengungkapkan bahwa banyaknya caleg yang gagal bisa mengakibatkan angka Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) meningkat. Tingginya angka kekerasan ini berpengaruh terhadap angka perceraian.
"Ini disebabkan karena para caleg frustasi sebab gagal di pemilu. Mereka sudah habis-habisan mengorbankan seluruh tenaga dan harta bendanya, namun hasilnya sia-sia," kata Umi.
Umi mengaku, sampai saat ini LBH APIK belum menerima laporan tentang perceraian atau KDRT yang disebabkan oleh gagalnya para caleg. Namun, pihaknya siap menerima pengaduan dari para korban caleg stres.
"Kami siap memberikan solusi. Tidak hanya bagi perempuan, tapi juga para pria. Kalau ada kasus seperti ini seharusnya mereka sadar. Sebagai satu ikatan, susah senang di dalam rumah tangga harusnya ditanggung bersama," terang Umi.
Sementara itu, tak kuat malu karena gagal jadi anggota dewan, Chafid Affandi, caleg nomor urut 4 dari Partai Demokrat, pemilihan Sukun, Kota Malang, Jawa Timur, langsung depresi.
Pria berusia 30 tahun itu kerap menanggalkan pakaiannya alias telanjang bulat di tengah jalan!
Hampir setiap malam ia berjalan kaki ke Pasar Kebalen, sekitar 20 kilometer dari rumahnya di Karang Besuki, kecamatan Sukun, Kota Malang.
"Ia telanjang, berjalan sendirian tak tentu arah," kata Ketua Pengurus Anak Cabang Partai Demokrat Sukun, Ahmad Anang Fathoni.
Anang sangat iba dengan kondisi Chafid, apalagi seluruh harta bendanya telah ludes untuk modal pencalonan jadi anggota dewan kota Malang. Dierkirakan, duit yang dikeluarkan oleh Chafid mencapai Rp 200 juta. Uang itu dihimpun dari hasil penjualan 21 ekor sapi dan menggadaikan tanah warisan!
Sejak awal Chafid sangat percaya diri bakal memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan umum legislatif tanggal 9 April 2009. Keyakinan itu didasarkan dari laporan tim suksesnya yang memperkirakan bahwa Chafid sanggup meraih 6.000 suara.
Namun, dari hasil rekapitulasi sementara, suara yang diraih Chafid hanya sebesar 570. "Ini di luar dugaan Chafid," kata Anang.
Selanjutnya, Anang bersama sejumlah calon legislator terpilih akan membantu biaya pengobatan kejiwaan Chafid.
Mereka bakal patungan untuk menanggung biaya pengobatannya. Namun, upaya itu mesti menunggu terlebih dahulu rekapitulasi suara di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Malang selesai.
"Saat ini, mereka masih sibuk dengan pencalegan," katanya.
Anang yang menjadi calon legislator nomor 2 di daerah pemilihan yang sama dengan Chafid, juga gagal menjadi anggota DPRD Kota Malang. Namun, Nanang mengaku bahwa dana yang dikeluarkannya tidak sebesar Chafid. Ia perkirakan hanya habis sekitar Rp 100 juta. "Saya gagal, tapi masih sehat, Alhamdulillah," katanya tertawa.
Sumber : Harian "Nonstop" edisi 17 April 2009
>
No comments:
Post a Comment