anti israel flag
MAUKAH ANDA DIBAYAR HANYA DENGAN MENGKLIK IKLAN DAN NGELIATIN IKLANNYA SELAMA BEBERAPA DETIK? TANPA SYARAT, TANPA ANCAMAN, TANPA TIPUAN... BERGABUNGLAH DI KLIKRUPIAH, KLIKAJADEH, NGEBUX atau ARA-BUX !!! KALAU MAU MAKSIMAL, GABUNG SAJA DENGAN KEEMPAT-EMPATNYA!

Friday, January 30, 2009

Lori Gantung Yang Bikin Heboh!!!


SEKOLAH di negeri ini selalu saja membuat orang tua capek hati dan capek pikiran. Bisa lolos dari jeratan biaya tinggi, masalah lain yang tak kalah beratnya siap menghadang. Seperti yang dialami puluhan siswa di Kampung Ciseureuh, Desa Sukaratu, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Tasikmalaya.

Agar bisa sampai ke tempat belajar masing-masing, setiap hari mereka harus bermain-main dengan maut. Mereka harus menyeberangi Sungai Ciwulan selebar 30 meter dengan cara duduk di lori gantung yang tidak memiliki pengaman sama sekali. Padahal saat menyeberang, arus deras sungai di bawah kaki mereka berjarak sekitar 6 meter siap menelan jika mereka terjatuh.

Pengamatan Tribun, Senin (26/1), lori beralaskan papan kayu ukuran sekitar 40x90 cm itu tak memiliki pijakan dan pegangan. Praktis siswa yang menyeberang hanya duduk di atas papan dengan kaki menggantung di udara. Lori bergerak dengan cara ditarik menggunakan tambang. Posisi penarik berada di sisi tebing sungai yang lebih tinggi. Untuk arah kebalikannya, lori meluncur sendiri karena menurun.

Saat lori bergerak menyeberangi sungai sambil membawa orang, alas duduknya mengayun-ayun membuat ngeri orang yang tak biasa melihatnya. Agar tidak terjatuh penumpang memegang kawat yang berfungsi mengait alas duduk ke roda lori. Mungkin satu-satunya alat yang bisa disebut pengaman, dipasangnya lis papan setinggi sekitar 8 cm yang mengelilingi kayu alas duduk. Maksudnya agar pantat tidak bergeser-geser saat lori bergerak.

Tiap hari puluhan siswa dan mahasiswa nekad memanfaatkan alat penyeberangan yang semula dimaksudkan untuk menyeberangkan barang produksi seperti batu-bata. Di sekitar lokasi memang banyak pabrik batu bata berdiri. Tapi sudah beberapa tahun terakhir ini mulai digunakan untuk menyeberangkan orang walau harus mempertaruhkan nyawa sekali pun.

Lori gantung tersebut menghubungkan Kampung Ciseureuh ke dunia luar. Sebenarnya ada jalan kampung menuju Kota Kecamatan Sukaraja. Tapi selain jauh memutar juga ongkos angkutannya jauh lebih mahal. Dengan cara menyeberang menggunakan lori, siswa tinggal menuju jalan raya Tasikmalaya-Cipatujah dan naik bus dengan ongkos Rp 500 menuju sekolah.

Sejumlah siswa mengaku selalu waswas setiap kali menyeberang. Tapi karena tidak ada jalan yang dekat, mereka terpaksa melakoninya tiap hari. "Deg-degan juga sih saat menyeberang. Apalagi jika melihat ke bawah, airnya terlihat deras," tutur Dea (14), siswa kelas II SMP Negeri Sukaraja yang tinggal di Kampung Ciseureuh.

Kata Dea, siswa yang biasa menyeberang berjumlah sekitar 22 siswa SMP, empat siswa SMA dan sejumlah mahasiswa. Dea mengaku sejak kelas I sudah mulai terbiasa naik lori. Sejauh ini belum ada kejadian yang mengerikan. "Pernah satu kali dulu, tali penariknya putus dan lori meluncur lagi ke seberang. Saya hanya bisa menjerit-jerit, tapi selamat karena lori tidak jatuh ke sungai," kenangnya.

Lori tersebut dikelola oleh keluarga Udin (60), selaku pemilik. "Awalnya memang untuk menyeberangkan batu bata. Tapi kemudian digunakan sebagai jalan pintas. Tidak hanya siswa dan mahasiswa saja, tapi warga pun sudah biasa menyeberang dengan menggunakan lori," tutur Udin. Sekali menyeberang ditarif  Rp 500 untuk pelajar dan Rp 1.000 untuk umum. Sebagai petugas penariknya, selain Udin juga dilibatkan istrinya Ny Enah (55), anaknya Enday (45), adik kandungnya Ny Kinoh (50), serta cucunya Neneng (14). Mereka secara bergilir melaksanakan tugasnya menarik lori.

Menurut Udin, siswa dan warga yang memanfaatkan lorinya untuk menyeberang mencapai 60 orang tiap harinya. Walau lori minim pengaman namun Udin menjamin keselamatan penggunanya. "Lori ini kuat mengangkut beban hingga 1,5 kuintal. Itu terbukti ketika digunakan menyeberangkan batu-bata dulu," ujarnya.

Ia mengakui beberapa kali sempat terjadi putusnya kawat tempat menggantungnya lori yang membentang di atas sungai. Tapi tidak sampai menjatuhkan lori karena kawat itu terdiri dari beberapa kawat kecil yang dililitkan menjadi satu. "Jadi jika ada kawat yang putus masih ada kawat lainnya. Proses perbaikannya pun tidak lama," jelas Udin.

Sejumlah orang tua siswa mengaku sebenarnya ngeri anak-anak mereka harus pergi ke sekolah dengan cara seperti itu. Tapi karena kondisi ekonomi, mereka terpaksa merelakan sang buah hati menggantung-gantung menantang maut. "Lumayan Pak, tiap harinya bisa mengirit Rp 5.000 jika dibanding menggunakan jalan darat," kata Ny Tati (35), salah seorang di antaranya.


No comments: